Tips Mengatur Keuangan Pascaperceraian
Oleh Prita Ghozie
Perencana Keuangan Independen dari ZAP Finance
Tak ada pasangan yang menginginkan perceraian. Namun, jika harus terjadi, Anda harus mempersiapkan banyak hal, salah satunya pengaturan keuangan pascaperceraian.
Mengelola keuangan saat menikah dan setelah bercerai jauh berbeda. Ada penyesuaian-penyesuaian yang harus dilakukan oleh kedua belah pihak. Selain itu, ada beberapa risiko finansial yang harus ditanggung saat terjadi perceraian baik oleh suami maupun istri. Apa saja?
Pembagian harta pascaperceraian alias harta gono-gini
Menurut UU No. 1 Tahun 1979 tentang Perkawinan, dijelaskan dalam Pasal 35 bahwa; harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama. Lalu, harta bawaan dari masing-masing suami dan istri, serta harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan berada di bawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.
Sehingga, apabila terjadi perceraian, maka saldo aset dalam bentuk tabungan, rumah, kendaraan, dan lainnya yang dapat dibuktikan diperoleh setelah tanggal perkawinan merupakan obyek pembagian harta gono-gini. Sedangkan aset-aset yang diperoleh sebelum tanggal perkawinan merupakan harta bawaan masing-masing. Lain halnya, apabila ada perjanjian pra-nikah yang telah ditetapkan sebelum terjadinya perkawinan.
Kesepakatan keuangan pascaperceraian
Apabila pasangan yang berpisah belum memiliki anak, maka urusan tunjangan hanya antara mantan pasangan suami-istri saja. Namun, apabila ada anak yang menjadi tanggungan, maka hak asuh dan tunjangan hidup termasuk yang disepakati dalam sidang cerai.
Pada umumnya, biaya hidup termasuk biaya pendidikan dari anak pasangan yang bercerai menjadi tanggung jawab pihak pria. Namun, praktiknya bisa saja dipikul secara sama rata oleh kedua orang tua. Sebaiknya, pos pengeluaran untuk anak ditempatkan di rekening yang terpisah atas nama anak dengan QQ orang tua yang memiliki hak asuh. Tetapi, pihak orang tua dapat mengakses mutasi rekening dari internet banking.
Pengaturan keuangan setelah melajang kembali
Hal penting yang harus Anda pikirkan sebelum bercerai adalah di mana nantinya Anda akan tinggal? Dari mana sumber penghasilan untuk hidup rutin setiap bulan? Dan siapa yang akan bertanggung-jawab atas biaya pendidikan atau biaya urusan anak lainnya? Bagi para pria yang umumnya bekerja, sumber penghasilan biasanya bukan menjadi tantangan pascaperceraian.
Namun, berbeda sekali untuk wanita yang mungkin berprofesi sebagai ibu rumah tangga, urusan keuangan dapat membuat keadaan lebih rumit. Setelah bercerai, langkah pertama masing-masing adalah wajib membuat anggaran baru rumah tangga.
Pertama, pisahkan antara anggaran bulanan rutin dengan anggaran tahunan yang hanya terjadi secara berkala. Apabila mantan isteri dan atau anak mendapatkan santunan dari mantan suami, maka dana ini menjadi sumber penghasilan untuk kebutuhan biaya hidup rutin. Penting untuk dicatat, biaya hidup rutin hanya meliputi biaya makan harian, biaya listrik untuk pemakaian wajar, dan biaya sekolah bulanan. Untuk pengeluaran lain yang bersifat gaya hidup seperti biaya asisten rumah tangga, biaya berlibur, dan lainnya, harus diperoleh dari penghasilan kerja atau dengan menabung terlebih dahulu.
Kedua, periksalah apakah dana darurat Anda memadai untuk dapat menyokong biaya hidup rutin setidaknya 6 bulan pertama pascaperceraian.
Ketiga, membuat ulang rencana keuangan. Untuk Anda yang telah memiliki anak, hitung ulang kebutuhan dana pendidikannya. Revisi juga beberapa tujuan finansial yang sebelumnya merupakan tujuan bersama.
Jangan lupa untuk menghentikan dan menutup penggunaan beberapa produk keuangan berikut:
• Rekening Tabungan. Jika Anda memiliki rekening tabungan yang diatasnamakan berdua (joint account), maka segera tutup setelah proses penyelesaian harta gono-gini tuntas.
• Polis asuransi jiwa. Untuk Anda yang memiliki polis asuransi jiwa, sebaiknya revisi nama tertanggung atau pun penerima manfaat apabila seharusnya terjadi perubahan.
• Kartu kredit. Tutup kartu kredit atas nama mantan pasangan. Sebaiknya, buatlah kartu kredit dengan catatan kredit yang baru.
• Dana pensiun. Hitung ulang kebutuhan dana pensiun Anda, terutama jika Anda sudah tidak lagi bekerja. Mulai lagi berinvestasi untuk masa pensiun.
Di tahun pertama perceraian, sebaiknya tunda dulu rencana-rencana yang sifatnya tertier, seperti liburan ke lokasi yang mahal atau membeli barang-barang gaya hidup. Fokuskan pada hal-hal yang penting seperti rumah tinggal, pendidikan anak, dan lainnya.
Tidak dimungkiri, kondisi psikis dan mental pasti juga terpengaruh, itu sebabnya tidak ada salahnya mencari bantuan ahli dalam proses perceraian yang Anda hadapi. Tutuplah lembaran lama Anda dengan baik dan songsong kehidupan baru yang lebih sejahtera.
Live a Beautiful Life!
sumber ; futuready.com
Read More Article
- Seberapa Siap Anda untuk Resign
- Perlunya Berpikir Kreatif Dan Inovatif Dalam Bisnis
- Kesalahan dalam Berinvestasi
- Lowongan Pekerjaan Dengan Tingkat Stres Tinggi
- Mengenal ORI dan Sukuk Ritel
- Plus Minus Kantor Virtual
- Prabowo Benar, Terbukti Jokowi Memang Curang!
- Tips Mengelola Uang di Bulan Ramadhan
- Penyebab Kegagalan Merekrut Downline
- Berbisnislah Selagi Belum Terpikirkan
- Promosi Lewat Sosial Media
- Hukum Berpikir Positif
- kunci sukses paling utama di bisnis network-market...
- Membuka Pikiran Untuk Berbisnis
- Kerja Kelompok Kunci Keberhasilan Bisnis Anda
- Peluang Usaha di Piala Dunia 2014
- Cara Membangun Networking
- Benarkah Network Marketing (katanya) Sulit Dijalan...
- Sesuatu Yang Penting Dan Pengorbanannya
- Kenapa Harus Bisnis Network Marketing
- Apakah Investasi Yang Dibutuhkan Setiap Keluarga
- Inilah daya ungkit internet Bisnis Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar