PERAN PENDIDIKAN DALAM MENYELAMATKAN KRISIS BANGSA
Indonesia adalah sebuah Negara yang besar dan disegani di
berbagai belahan Negara manapun, kita memiliki kekayaan yang melimpah,
sumberdaya yang mencukupi, letak geografis yang strategis, warisan budaya yang
beraneka ragam, yang belum tentu dimiliki oleh Negara manapun di dunia ini. Seharusnya saat ini Indonesia merupakan Negara terbesar dan termaju
di asia tenggara, namun dalam kenyataannya indeks pembangunan bangsa kita masih
kalah oleh singapura bahkan oleh tetangga kita sendiri Malaysia .
Indonesia saat ini berada dalam sebuah situasi yang sangat
memprihatinkan, kita terjajah oleh yang namanya korupsi, kebodohan,
pengangguran dan lainnya, tiap hari kita di suguhi oleh berita-berita korupsi,
pembunuhan, kemaksiatan, kehidupan anak-anak jalanan, dan
kesenjangan-kesenjangan social, hukum, ekonomi dan budaya lainnya.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan negeri ini padahal kita
adalah Negara yang kaya baik sumberdaya alam, manusia, budaya. Bahkan kita
adalah negeri yang beragama, yang didalamnya terdapat beberapa agama besar.
Salah satu hal masalah yang paling krusial di negeri ini
adalah tindak pidana korupsi, mengapa sampai saat ini masalah korupsi belum
terselesaikan seakan menjadi budaya di negeri ini, kemanakah hukum di negeri
ini, kemanakah nilai-nilai agama dan budaya yang mengajarkan budi pekerti yang
baik pada diri kita. Ada
apa dengan negeri ini.
Akar pokok masalah dinegeri ini adalah bahwa saat ini Indonesia
mengalami suatu krisis yaitu krisis moral dan ahlak, kita telah terbawa arus
globalisasi dan melupakan nilai-nilai budi pekerti yang baik, yang akhirnya
kita mengalami kesenjangna baik hukum, social, ekonomi dan budaya.
Bagaimanakah peran dunia pendidikan dalam mengatasi krisis
bangsa ini, dunia pendidikan adalah tempat dimana memanusiakan manusia itu
sendiri. Dunia pendidikan memiliki peran penting dalam pembentukan moral dan
ahlak anak didiknya tentunya ini harus dibarengi oleh moral dan ahlak
pendidiknya, karena mereka adalah suri teladan bagi anak didiknya
Dalam mengatasi krisis bangsa ini ada 3 hal yang bisa kita
lakukan oleh dunia pendidikan yaitu membentuk kembali karakter anak didik,
mengajarkan dan menerapkan nilai-nilai agama, dan meningkatkan daya kritis dan kreatifitas anak didik.
MEMBENTUK KARAKTER
Karakter merupakan tata nilai yang mewujud dalam system daya
dorong atau driving system yang melandasi
pikiran sikap dan perilaku. Apa yang diharapkan oleh pendidik oleh anak
didiknya, tentu saja mereka berharap mereka menjadi orang yang dapat meraih
cita-citanya mengharumkan bangsa dan Negara ini. Namun bagaimana jika anak
didik kita ternyata dimasa depan malah menjadi perusak negeri ini. Seperti
melakukan tindak pidana korupsi, apakah yang salah dengan dengan anak didik
kita, apakah karena lingkungannya, pendidikannya, ajaran orang tuanya. Banyak
hal yang bisa menyebabkan itu terjadi.
Dunia pendidikan memiliki peran penting dalam menciptakan
anak didik yang berkualitas, membentuk karakter mereka dengan sikap-sikap budi
pekerti yang baik, sikap kejujuran, tanggung jawab, pekerja keras, bertoleransi
dan sikap budi pekerti yang lainnya. Sikap kejujuran merupakan karakter yang
diperlukan untuk saat ini dalam menghadapi permasalahan korupsi di negeri ini.
Membentuk karakter yang seperti itu memerlukan proses yang lama karena karakter
bersifat melekat pada jiwa/ hati nurani seseorang yang tidak akan begitu saja
luntur oleh sesuatu hal. Samuel smiles , seorang moralis dari skotlandia
mengatakan “tanamlah pikiran, kau akan
menuai tindakan, tanamlah tindakan kau akan menuai watak, tanamlah watak kau
akan menuai nasib.(low of the harves)”.
Pendidik memiliki peran penting dalam membentuk karakter anak
melalui pembentukan pola pikir dan tindakan, pendidik sebagai suri teladan yang
baik bagi anak didiknya harus mampu menunjukan hal-hal positif bagi anak
didiknya sehingga anak didiknya mampu memahami dan meniru panutannya yang bisa
diterapkan anak didiknya dikehidupan sehari-harinya. Jika seorang pendidik
ingin anak didiknya tidak merokok dikemudian hari maka pendidik tidak boleh
merokok baik itu di lingkungan pendidikan ataupun diluar lingkungan pendidikan
karena anak didik akan meniru apa yang menjadi panutannya/ suri teladannya.
MENERAPKAN NILAI AGAMA
Salah satu masalah kehidupan di negeri sekuler adalah memisahkan
kehidupan agama dengan pemerintahan, walaupun Indonesia tidak seratus persen
menjadi Negara sekuler terutama dalam dunia pendidikan namun kita bisa melihat
berapa banyak nilai-nilai agama yang diajarkan sekolah (bukan sekolah berbasis
agama) dalam satu minggu, paling hanya 2 atau 4 jam. Apakah mungkin nilai-nilai
agama dapat melekat pada anak didik, mungkin anak didik mengetahui nilai-nilai
agama tersebut namun apakah nilai-nilai agama tersebut melekat pada jiwa mereka
yang diaktualisasikan dalam kehidupan mereka.
Bukankah Negara Indonesia adalah Negara yang
penduduknya beragama, dimana agama menebarkan budi-budi pekerti yang baik namun
dari tahun ketahun tindak kejahatan, kemaksiatan dan perbuatan dosa lainnya
bukannya menurun malah meningkat. Apakah karena tingkat pendidikan dan ekonomi
yang rendah yang menyebabkan itu, bukankah kita menyaksikan sendiri bahwa para
koruptor itu merupakan orang-orang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi yang
sanggup belajar ke luar negeri dan memiliki tingkat ekonomi yang baik masih
sanggup melakukan tindak kejahatan korupsi, ironis sekali mereka yang bisa
dikatakan orang terpelajar masih bisa melakukan tindak kejahatan apalagi yang
tidak. Seperti pepatah mengatakan “ilmu tampa agama buta”.
Inilah yang dihadapi Negara ini hilangnya nilai-nilai agama dalam diri dan
kehidupan kita. Disinilah peran penting dunia pendidikan sebagai peletak dasar
nilai-nilai budi pekerti (agama) kepada anak-anak didiknya.
Sekolah saat ini lebih mengutamakan sains dari pada ilmu
agama padahal dalam Al-Quran terdapat juga ilmu sais , hokum, social, maupun budaya. Padahal
itu dibuat berabad-abad lalu, namun kita baru menemukannya ilmunya sekarang.
Ironis sekali kalu kita mengesampingkan ilmu-ilmu agama (al quran). Dunia
pendidikan harus mampu menggambungkan antar kebutuhan intelegensi (IQ) dengan
kebutuhan spiritual (SQ) sehingga menghasilkan anak didik yang tidak hanya
cerdas tapi juga bertakwa.
MENINGKATKAN DAYA
KRITIS DAN KREATIFITAS
Dunia pendidikan seharusnya bukan untuk menjawab tantangan masa
depan dengan memenuhi kebutuhan pasar industri, tapi dunia pendidikan haruslah
bisa menciptakan sesuatu dimasa depan. Dalam artian bahwa dunia penidikan tidak
didirikan untuk memenuhi atau macth
dengan dunia industri sehingga lulusannya bisa terserap oleh industri. Tapi
dunia pendidikan haruslah bisa membuat anak didik yang mampu membuat sesuatu
dimasa depan dengan pikiran-pikiran yang kritis dan kreatif; kritis yaitu anak
didik mampu memahami kondisi lingkungannya dengan baik dan menjawab tantangan
maupun peluang yang ada; kreatif yaitu anak didik harus mampu menghasilkan
sesuatu yang baru.
Saat ini lulusan dunia pendidikan seperti piramida, banyak
sekolah/kampus yang menciptakan lulusan untuk bidang tertentu atau menyesuaikan
dengan permintaan pasar alhasil sekolah/ kampus banyak menciptakan lulusan
namun dunia kerja terbatas sehinga banyak lulusan kerja yang menganggur.
Dunia pendidikan harus lah menciptakan lulusan yang kritis
dan kreatif, kenapa banyak sekali lulusan yang masih menggangur ini di
karenakan mereka tidak memiliki daya kritis maupun kreatif yang memadai. Ketika mereka gagal dalam mencari pekerjaan
mereka tidak mampu kritis dalam melihat lingkungannya untuk menjadikan peluang, dan
kreatif dalam merubah peluang tersebut untuk menjadi sesuatu yang
berguna untuknya. Yang terjadi mereka berusaha mencari kerja di tempat lainnya.
Saar ini Indonesia
kekurangan sosok-sosok berkarakter enterpreuner dalam mengatasi masalah
pengangguran negeri ini, sekolah mungkin mengajarkan tentang enteurprener
kepada anak didiknya namun sekolah tidak menjadikan itu melekat kepada jiwa
mereka. Sekolah lebih banyak mengajarkan
bagaimana menjadi anak pintar, nilai bagus agar nanti mudah di terima kerja.
Seharusnya sekolah tidak hanya menghasilkan lulusan-lulusan
yang pintar saja namun mereka menghasilkan juga lulusan-lulusan yang memiliki
jiwa yang berkarakter enterpreuner. Semakin banyak sekolah menghasilkan enerpreuner
baru , maka semakin besar peluang untuk menghasilkan lapangan kerja baru dan
semakin besar pula upaya untuk mengatasi masalah pengangguran.
Kesimpulan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar